Sunday, May 04, 2008

Pendidikan: Cuuiiihhhh, Aku Benci!!!

C

uiiihhh, Cuihhh, Cuiiihhhhhh, aku benci sekali. Benci. Coba deh, temen-temen baca Koran beberapa tahun ini (nggak Cuma beberapa hari ini) terutama menjelang Hari Pendidikan Nasional. Isi semua Koran, majalah dan beberapa siaran televisi dan beberapa situs berita internet tidak lain kecuali kekecewaan, umpatan, tangisan, komplain, dan entah apa lagi bahasanya. Semua negatif, menyedihkan dan sangat tragis-ironis karena itu terjadi pada dunia pendidikan.

Sekadar contoh, aku ambilkan beberpa judul tulisan berita feature dan opini yang dimuat Harian KOMPAS sejak akhir April dan awal Mei 2008: “UN Harus Dihentikan,” “Sindrom Penghukuman,” (keduanya opini) “Peserta UN Kecewa, berita feature (KOMPAS, 30/4). “Hari Pendidikan Nasional Robohnya “Sekolah” Kami, (berita feature), “Pendidikan yang Menyesatkan,” “Pendidikan Ademokratis,” “UN, Berhala Pendidikan Nasional,” (keduanya opini) “Hardiknas Diwarnai Unjuk Rasa, berita feature (KOMPAS, 3/5). “Indonesia Butuh Guru Bangsa,” tulisan feature, dan “Sekolah Gartis, Pepesan Kosong” (KOMPAS, 28/4). Itu Cuma satu Koran. Belum Koran yang lain, majalah, televise, dan berita di internet.

Aku gamang dan buta: apa sebenarnya yang terjadi dengan dunia orang-orang pinter, akademis, Doktor, dan Profesor ini. Aku tidak sampai habis pikir, sepertinya, mereka yang pinter-pinter itu suaaaangat BODOH sekali. Tak berkutik. Diam satu bahasa: Emoh! Menyerah-kalah (?).

Apa semua berita itu Cuma isapan jempol belaka, bukan fakta, bukan realita, bukan sebuah cemoohan, bukan sebentuk kegagalan…Benar, ada beberapa berita dunia pendidikan yang sempat membesarkan hati kita, seperti beberapa anak bangsa yang merah piala olimpiade fisika internasioan. Tapi terus terang harus, sekali lagi harus, diakui itu bukan hasil dari system pendidikan yang dipakai. Tapi dari sebuah pencarian bibit unggul dan pelatihan tersendiri, yang dilatih secara khusus. Bukan hasil dari system pendidikan kita. Bukan.

Setidaknya itulah kesimpulanku yang didapat dari beberapa buku, tulisan artikel opini dan beberapa laporan berita.

Jangan pernah bertanya: kapan kita bisa menciptakan peraih nobel fisika-ekonomi-kedokteran-dll, peraih nobel perdamaian, peraih nobel sastra, penemu teori A, pencetus ide B,…? Sekali-kali JANGAN. Bukan maksud hati untuk HOPELESS, putus asa, ngggak ada harapan. Bukan. Tapi, coba kita pikir, selama ini kita berkutat dengan masalah dana, dana, dana, uang, uang, uang, kesejahteraa, kesejahteraan, kesejahteraan, inkompetensi guru-dosen, inkompetensi ini-itu, kekurangan peralatan, robohnya fasilitas C…Uh, stop, udah diperpanjang aja sendiri.

Menurut aku harus ada ide mendasar untuk membereskan dunia pendidikan. Katakanlah semacam “revolusi pendidikan”.

Aku heran kenapa ide atau teori revolusi lahir dari dan untuk (?) dunia sosial-politik. Menurut aku teori itu seharusnya terlahir dan teruntuk dunia pendidikan. Kita tahu, semua perubahan menuju yang baik tidak akan pernah berjalan dengan baik tanpa ilmu pengetahuan!

Uuuhhh. Aku benci membaca opini dan berita dunia pendidikan kita. Cuuiiihhhh!!![]

Surakarta, 3 Mei 2008

Labels:

1 Comments:

Blogger Princess_Kirara said...

Apalagi jika kita menengok dunia pendidikan di Jepang. Jangankan menengok,mungkin melirik saja kita terlalu malu. Masih beruntung kita hidup di tanah Jawa. Bandingkan dengan di Maluku Utara,di sana (meski biaya dari SD-SMA gratis) hanya sedikit terdapat fasilitas pendidikan. Tapi jangan salah,semangat belajar mereka melebihi kita yang ada di Jawa. Malu rasanya kalau kita hanya bermain-main dg pendidikan.

May 5, 2008 at 8:52 PM 

Post a Comment

<< Home